Negativity Bias: Kenapa di Media Sosial Kita Lebih Ngerespon Informasi Negatif?

Sadar nggak, kita media sosial tuh lebih sering lihat video mengenai tragedi, kesedihan, dan ketegangan yang sering kali entah kenapa punya perhatian lebih besar sehingga menjadikan kita lebih tertarik dibandingkan dengan video yang menampilkan kebahagiaan atau kebaikan. Terus, apa yang menyebabkan kita lebih tertarik pada informasi negatif? Jawabannya adalah Negativity Bias

Apa Itu Negativity Bias?

Negativity bias adalah kecenderungan psikologis untuk lebih memperhatikan, mengingat, dan merespons terhadap pengalaman negatif dibandingkan pengalaman positif. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh psikolog Paul Rozin dan Edward Royzman pada tahun 2001. Mereka mengemukakan bahwa manusia secara alami lebih waspada terhadap hal-hal yang berpotensi membahayakan, sehingga otak kita lebih cepat bereaksi terhadap informasi negatif.

Negativity Bias di Era Media Sosial

Di era digital, negativity bias memiliki implikasi yang signifikan. Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan kita, dan platform ini sering kali memperkuat kecenderungan kita untuk fokus pada informasi negatif. Algoritma media sosial dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan pengguna, dan sayangnya, informasi negatif sering kali menghasilkan lebih banyak klik, komentar, dan berbagi daripada informasi positif. Ditambah lagi fitur endless/infinite scroll dimana pengguna dapat terus melakukan scrolling tanpa henti pada halaman berandanya yang dapat memperkuat kecenderungan untuk terus berada dalam satu topik informasi yang sama.

Mengapa Informasi Negatif Lebih Kentara Dibanding Positif?

Ada beberapa alasan mengapa informasi negatif lebih mencolok di pikiran kita:

  • Persepsi ancaman: Dari perspektif evolusi, kemampuan untuk mengidentifikasi dan merespons ancaman sangat penting untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, otak kita secara alami lebih peka terhadap sinyal-sinyal bahaya. Kayak waktu covid-19 kemarin, kita jadi lebih waspada dengan menerapkan hidup bersih, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan. Atau dalam kehidupan sehari-hari deh, kalau kita ada di area gelap dan sepi kita jadi lebih waspada dibandingkan area yang ramai.
  • Daya tarik emosional: Informasi negatif sering kali memicu respons emosional yang lebih kuat, seperti ketakutan, kemarahan, atau kesedihan. Emosi-emosi ini lebih intens daripada emosi positif seperti kebahagiaan atau ketenangan. Berita tentang perang, kiamat, atau berita yang memancing kesedihan di sosial media adalah contohnya. Nah, coba bandingkan sama informasi yang netral, biasa saja, atau bahagia manakah kira-kira yang lebih mencolok.
  • Penyebaran informasi negatif yang cepat: Di media sosial, konten yang memicu emosi kuat cenderung lebih cepat menyebar. Informasi negatif sering kali lebih sensasional, membuat orang merasa perlu untuk membagikan atau mendiskusikannya. Tidak hanya orang saja, media pers dan pemberitaan pun banyak mendapatkan atensi karena berita yang provokatif dan sensasional ini.

Dampak Negativity Bias

Kecenderungan kita untuk merespon lebih kuat terhadap informasi negatif dapat berdampak pada kesehatan mental kita. Terlalu banyak paparan terhadap berita buruk dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan perasaan putus asa. Selain itu, negativity bias dapat mempengaruhi pandangan kita tentang dunia, membuat kita merasa bahwa dunia ini lebih buruk daripada kenyataan sebenarnya.

Mengatasi Negativity Bias

Meskipun negativity bias adalah bagian alami dari psikologi manusia, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk menguranginya. Salah satunya adalah dengan secara aktif mencari dan berbagi berita positif. Selain itu, kita dapat mencoba untuk lebih sadar akan bagaimana kita bereaksi terhadap informasi negatif dan berusaha untuk tidak terlalu terpengaruh olehnya.

Kesimpulan

Negativity bias adalah kecenderungan untuk lebih memperhatikan dan merespons informasi negatif dibandingkan dengan informasi positif. Di era media sosial, bias ini diperkuat oleh algoritma yang memaksimalkan keterlibatan pengguna. Informasi negatif menarik perhatian kita karena persepsi ancaman, daya tarik emosional, dan penyebarannya yang cepat. Bukan masalah media sosial yang memberikan kita informasi negatif tersebut, tetapi terkait perilaku kita yang menyebabkan banyak informasi negatif muncul di beranda. Oleh karena itu, sebagai pengguna akan bagus jika kita dapat secara aktif mencari dan berbagi berita positif di media sosial.

Posting Komentar